6 Jun 2013

Payung Biru Tua

via
Ah ya,hujan turun lagi. Dan ini akan jadi hari yang berat untuk kami. Bagaimana tidak? Hujan turun begitu lebat dan angin pun dengan kencangnya bertiup. Anak laki-laki kecil bernama Dede itu sudah berdiri di pelataran mall ini sejak setengah jam yang lalu bersama payung lebar dan butut berwarna biru tua yang rangkanya sudah berkarat. Ya,anak itu bersamaku. Aku masih menemaninya sampai hari ini. Dan setiap waktu selama musim hujan. Dia tak terlihat kedingingan sama sekali meskipun hanya bercelana pendek lusuh dan kaos yang sama lusuhnya. And yes,we are a good companion.

Biasanya orang-orang akan memakai jasa kami untuk menemani mereka dari pelataran mall ini ke tempat parkir. Atau ke halte bus di depan sana. Kami pernah mengantar seorang kakek baik hati ke sebuah mobil yang ia parkir di depan restoran ayam goreng seberang. Pernah juga dengan seorang ibu-ibu gendut pelit yang minta diantar ke halte bus depan. Atau anak-anak kuliahan,seorang bos yang rendah hati,bahkan ibu-ibu dengan anaknya yang masih bayi.
Dede tidak memilih-milih pelanggan,ia pun tidak pernah mengeluh ketika hanya mendapat upah sedikit setelah seharian bekerja. Tapi ia selalu gembira ketika hujan turun. Karena pada saat itu,ia akan dengan senang hati membawa payung lebar dan butut berwarna biru tua ini,lalu kami akan mencari uang untuk membeli obat bagi emak Dede yang sakit-sakitan.