19 Okt 2013

Selama 16 menit 47 detik itu..

Ba’da maghrib menjelang isya’,Selasa 15 Oktober yang bertepatan dengan 10 Dzulhijah 1434 H,di tengah suasana hangat Surabaya,seseorang berbaik hati memperdengarkan suaranya kepada saya. Setelah siangnya kami sempat beradu argumen yang kemudian membuat saya enggan berbicara dengannya ketika itu. Tentang hal remeh yang kemudian membuat saya jadi lebih sensitif daripada layar smartphone keluaran terbaru. Lalu dengan tulus demi mengembalikan mood saya (sepertinya begitu niatnya),seseorang itu menawari saya untuk memperdengarkan suaranya ketika mengaji. Saya lalu mengiyakannya. Dengan harapan mood saya akan membaik setelah itu.

Dan disanalah kami. Pada masing-masing ruang yang berbeda namun pada waktu yang sama. Indonesia bagian barat. Terpisah jarak +90 Km. Tidak terlalu jauh,dan sinyal telepon masih cukup bersahabat. Kecuali pada waktu-waktu tertentu ketika server messenger sedang lumpuh. Jadi saya mulai memasang headset pada telinga saya. Bersiap untuk mendengarkan suaranya via telepon. Tadinya saya sibuk main Zuma sambil menyalakan musik dari laptop. Kemudian saya segera mematikan musik dari Winamp,mematikan game saya yang baru setengah permainan,dan mematikan kipas angin kecil saya yang bunyi baling-balingnya mulai berisik.

Lalu dia mulai membaca ayat-ayat suci di tiap baris yang ada pada kitab yang suci pula di depannya. Suaranya tanpa ragu. Mantap. Meskipun ada beberapa kata yang kurang tepat,dia mengulanginya dengan suara yang sama mantapnya. Saya merinding sekaligus berdebar-debar mendengarkannya. Saya mencari-cari opsi untuk merekam suaranya di handphone saya,tapi nihil. Maklum HP jelek. Saya melirik jam di HP saya sebentar-sebentar,berharap waktu berjalan lebih lambat. Saya mulai berkeringat. Kepanasan. Bukan karena saya setan! Tapi karena kipas yang saya matikan tadi. Saya eman sekali untuk menyalakan kipas lagi. Mending saya kepanasan biar suara ngajinya jadi jelas. Saya nikmati suaranya,saya membukakan telinga lebar-lebar pada ayat-ayat suci yang dia perdengarkan. Saya langsung teringat Al-Qur’an pemberiannya yang belakangan jarang saya baca. Astaghfirullah. Saya berkata pada diri saya sendiri untuk mengaji lebih rajin lagi.

16 Okt 2013

That's why I still use Bloglovin'

via
Saya punya satu lagi tempat favorit untuk membaca. Blog khususnya. Bloglovin'. Sebuah tempat praktis untuk mem-follow blog,membaca,me-like artikel-artikel disana. Ada puluhan ribu blog yang disortir ke dalam banyak kategori,dan ada peringkat yang selalu up to date untuk mengetahui blog-blog mana saja yang paling banyak dibaca dan paling banyak followers-nya.

Saya menjadi member disana beberapa lama sebelum terjadi perpindahan massal para pengguna dari Google Reader ke Bloglovin' awal bulan Juli lalu. Daaaann..sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi pada 04 Oktober kemarin. Saya memilih opsi untuk menerima email setiap hari berisi tentang pemberitahuan postingan terbaru dari blog-blog yang saya ikuti. Tapi pada hari itu,semua postingan terbaru yang ada di depan saya tiba-tiba hilang. Padahal 20 menit sebelumnya saya menrima notifikasi via email. Saya diarahkan untuk log out. Nah ketika saya coba log in lagi,blog-blog yang saya follow ikutan hilang musnah!

Waduh..waduh..saya utak atik terus akun saya,hasilnya nihil. Lalu saya coba sign up dan bikin akun baru. Karena itu,ada postingan "Hello!" sebelum tulisan ini. Postingan seperti itu ada karena saya harus mengklaim blog saya ketika sign up. Malah mbingungi juga. Putus asa,saya coba cari-cari pertolongan di help section-nya. Saya cari artikel yang mirip sama masalah saya. Tapi nggak ada!
Yahh..akhirnya saya kirim email ke Bloglovin'-nya. Dengan bahasa Inggris terbata-bata,saya coba ceritakan kesulitan saya. Dan dengan meniadakan harapan bahwa email saya akan dibalas dengan respon cepat.