15 Jun 2013
Need A Vacation
A girl and her favorite thing,
a photo of a blue skies taken while we're driving on our way back home from a 'go outside' trip,from the front seat of the car..
Somehow,looking at another blue sky is more entertaining than go for a walk in the mall for her..
That feeling when looking at the blue color make her problems feels lighter..
That's why she loves blue skies..
Or,maybe she just need a vacation.
9 Jun 2013
Satu-satunya
Aku merasa beruntung sekaligus menyesal gitar ini tidak kujual pada seorang kolektor
gitar beberapa tahun lalu. Meskipun waktu itu ia berniat membeli dengan harga
sebuah mobil mewah. Aku tidak tertarik. Mungkin belum,lebih tepatnya.
Gitar ini sungguh punya sejarah. Aku membelinya dulu dengan
uang jajan yang aku sisihkan tiap harinya selama beberapa bulan. Bahkan aku
rela untuk tidak makan seharian. Aku memetik senarnya hingga jariku memerah. Gitar
ini pula yang menemaniku menciptakan lagu-lagu yang kemudian meroket bersama
namaku di industri musik negeri ini. dan aku masih terus bersamanya bahkan
ketika aku mampu membeli gitar Jimi Hendrix sekalipun.
8 Jun 2013
Adi
via |
Menjelang tengah hari aku dan
emak pulang ke rumah. Pasar sudah mulai sepi. Pedagang-pedagang lain juga sudah
mulai beranjak dari sini. Mendung sudah menggelayut di langit. Hari itu masih
seperti biasanya. Dan seperti pemandangan yang biasa pula aku menemukannya
disana. Ia masih terduduk di pinggir jalan dengan pandangan kosong. Ia masih
memakai baju yang sama sejak kejadian itu. Bahkan setelah beberapa tahun
berlalu..
***
7 Jun 2013
Tak Berjudul
via |
Apa yang membuatku bisa jatuh cinta kepadanya?
Let me count the ways,
Sepasang mata bulat besar berwarna cokelatnya. Bagaimana ia
menggigit bibir bawahnya ketika sedang menulis sesuatu. Wangi khas parfumnya.
Sentuhan hangat tangannya ketika ia berusaha meredam emosiku. Dan bagaimana ia
tersenyum,seperti sedang menyembunyikan sesuatu. Atau aku yang memang penasaran
dengan senyumannya. Entahlah..
Mungkin juga karena ia begitu pas di pelukanku. Dan bagaimana
ia begitu fasih menyanyi lagu Jepang yang ia suka. Kepandaiannya. Ia lebih suka
mempelajari bahasa daripada ilmu hitung. Sering ia membuatku terkagum-kagum
dengan kemampuannya berbahasa asing. Dan ia juga bukan seorang penganut diet tertentu. Ia begitu menyukai segala
hal berbau cokelat. Dan bagaimana ketika ia tak sengaja bersendawa,yang
kemudian membuatku memuncratkan teh dari hidungku.
Ponytail-nya yang
berayun ketika ia berlari cepat seolah ia terlahir sebagai sebuah peluru. Tapi itu
dulu sebelum akhirnya ia harus berkawan dengan kursi roda selama sisa umurnya. Dan
bagaimana ia menatap ke dalam mataku. Seperti ia berkata padaku melalui matanya
bahwa aku dapat menyelamatkannya dari segala hal buruk di dunia ini. Tapi
inilah rahasiaku : dialah yang menyelamatkan aku.
6 Jun 2013
Payung Biru Tua
via |
Ah ya,hujan turun lagi. Dan ini akan jadi hari yang berat
untuk kami. Bagaimana tidak? Hujan turun begitu lebat dan angin pun dengan
kencangnya bertiup. Anak laki-laki kecil bernama Dede itu sudah berdiri di
pelataran mall ini sejak setengah jam yang lalu bersama payung lebar dan butut
berwarna biru tua yang rangkanya sudah berkarat. Ya,anak itu bersamaku. Aku
masih menemaninya sampai hari ini. Dan setiap waktu selama musim hujan. Dia tak
terlihat kedingingan sama sekali meskipun hanya bercelana pendek lusuh dan kaos
yang sama lusuhnya. And yes,we are a good
companion.
Biasanya orang-orang akan memakai jasa kami untuk menemani
mereka dari pelataran mall ini ke tempat parkir. Atau ke halte bus di depan
sana. Kami pernah mengantar seorang kakek baik hati ke sebuah mobil yang ia
parkir di depan restoran ayam goreng seberang. Pernah juga dengan seorang
ibu-ibu gendut pelit yang minta diantar ke halte bus depan. Atau
anak-anak kuliahan,seorang bos yang rendah hati,bahkan ibu-ibu dengan anaknya
yang masih bayi.
Dede tidak memilih-milih pelanggan,ia pun tidak pernah
mengeluh ketika hanya mendapat upah sedikit setelah seharian bekerja. Tapi ia
selalu gembira ketika hujan turun. Karena pada saat itu,ia akan dengan senang
hati membawa payung lebar dan butut berwarna biru tua ini,lalu kami akan mencari uang
untuk membeli obat bagi emak Dede yang sakit-sakitan.
5 Jun 2013
Dancing Away With My Heart
via |
Aku masih duduk disini sendirian. Di bangku kebun belakang
rumah kita,yang kau sulap jadi tempat yang indah walau dulunya ini adalah lahan
kosong berdebu. Lalu kau jadikan ini tempat kita berdansa di bawah sinar
rembulan ketika anak-anak berlibur berlibur di rumah kakek-nenek mereka,atau
ketika mereka tidur lebih awal. Aku masih ingat bagaimana kebiasaan itu
dimulai.
Malam itu,ketika kau hendak melamarku di tepi pentai saat
senja,dan aku mengiyakan permintaanmu,kau langsung mengajakku berdansa saking girangnya.
Tapi aku sama sekali tak bisa berdansa. Dan kau pun kemudian mengajariku dengan
lembut. Aku bahkan masih merasakan kepalaku bersandar di bahumu. Nyaman. Dan
akan selalu seperti itu,sayang. Dan aku selalu suka dengan kebiasaan kita itu.
Berdansa dengan iringan musik bertempo lambat di bawah sinar rembulan di kebun
belakang rumah kita. Bahkan setelah anak-anak mulai membangun keluarga mereka
masing-masing,kita masih terus melakukannya.
Kadang aku bertanya-tanya pada diriku sendiri. Apakah kau
disana merindukanku juga,sayang? Apakah kau masih ingat dengan kebiasaan kita
itu? Bagaimana saat-saat bahagia kita itu sellau membangkitkan kenangan akan
dirimu. Setelah satu dekade berlalu,sejak hari itu aku juga memakai cincin
pernikahan kita yang dulu kau pakai di jari manismu itu. Aku memakai sepasang
di jari yang sama. Dengan begitu aku merasa begitu dekat denganmu meskipun
sekarang kau tak lagi di dunia fana,sayang.
4 Jun 2013
Sepatu Kaca
via |
Hari masih pagi ketika kudengar pembantu-pembantu di rumahku
sudah riuh dengan pekerjaannya masing-masing. Sebentar lagi,ketika aku sudah
bangun,beberapa dari mereka akan menyiapkan air panas dan keperluan mandiku
yang lain : handuk lembut,sabun dan shampoo
favoritku. Aku menghabiskan waktu satu jam untuk mandi. Aku tidak bisa tidak
menyukai buih-buih sabun yang memenuhi bathub-ku.
Lalu ketika aku sedang mandi,mereka akan menyiapkan pakaian yang akan aku
pakai,juga sarapan untukku setelah itu. aku menikmati menjadi seorang putri di
istanaku sendiri.
“Non,sepatunya pakai yang ini saja ya..” kata seorang dari
pembantuku yang membantuku berpakaian.
“Enggak! Aku gak suka yang itu!”
“Tapi yang ini lebih cocok sama bajunya,Non..” aku tahu
pembantuku sedang membujukku untuk memakai sepatu berwarna pink itu. Tapi aku punya favorit. Aku ambil benda bening lentur
yang tergeletak di samping ranjangku itu. Aku biasa melihat yang seperti itu dengan
warna dan ukuran yang bermacam-macam untuk wadah belanjaan dari supermarket. Lalu
aku pakai di kakiku. Aku ikat ujungnya satu sama lain untuk tiap kaki. Kanan
dan kiri. Aku melihat pantulan diriku di cermin. Ini dia! Sempurna!
“Aku pakai sepatu kacaku lagi aja!” tukasku sambil terkikik
dan berjalan menuju meja makan meninggalkan pembantu-pembantuku yang masih
berada di kamarku.
3 Jun 2013
Malaikat Tak Bersayap
via |
Aku tidak pernah memiliki seorang teman. Orang bilang aku
cupu. Dan seperti yang selalu terjadi di film-film,mereka yang berlabel “nerd” tak pernah berteman dengan
anak-anak populer di sekolah. Di kasusku,bahkan mereka yang tidak populer pun
enggan berteman denganku. Maka akupun menyibukkan hari-hari sekolahku hanya
dengan belajar tanpa memperdulikan perasaan manusiawiku yang membutuhkan
seorang teman. Ayah dan ibu sudah cukup perhatian dan jadi teman curhatku
selama ini.
Mungkin karena itu juga aku masih belum terlalu mengenal
semua orang di kantor baruku ini. belum genap seminggu aku disini. Tapi semua
orang cukup hangat menyambut kedatanganku. Mungkin hanya aku yang kurang pandai
bergaul.
Langganan:
Postingan (Atom)