Sebagai seorang yang awalnya terlahir sebagai anak
tunggal,saya merasa kesepian. Saya mendambakan hadirnya seorang saudara yang
lebih tua untuk jadi tandem saya. Tapi saat usia saya delapan tahun,Tuhan
mengirimkan seorang adik kepada saya. Oke,cukup meredam rasa kesepian saya.
Mungkin karena awalnya saya lebih kepingin punya kakak daripada adik,lalu saya
merindukan sosok ngemong itu datang pada hidup saya.
Ada banyak kakak sepupu yang cowok dan teman-teman cowok yang
bisa dijadikan tandem,tapi rasanya bisa melewati batas privasi mereka sebagai
makhluk yang juga butuh sosok perempuan (baca : pacar),jadinya nggak maksimal
saya memanfaatkan fungsi mereka (jahat ya kata-katanya?hehehe). Saya selalu
kalah sama pacar sepupu-sepupu saya,begitu juga dengan teman-teman..sungkan.
Lalu setahun belakangan saya merasa nemu sosok itu. Awalnya
saya sama sekali nggak welcome dengan kehadirannya. Sayapun awalnya cuma
menganggap sebagai kakak saja,karena dia pernah bilang ke saya kalau dia
kehilangan adiknya. Pikir saya waktu itu,impas. Saya butuh kakak,dan dia juga
mungkin kangen adiknya. Tapi lama-kelamaan,dari curhat-curhatan,dari tukar
opini,minta pendapatnya,saya jadi nyambung dengan orang ini.
Tapi ternyata ada udang di balik rempeyek. Dia mengakui
perasaan yang lain ke saya. Berkali-kali. Saya belum siap untuk memulai cerita
baru,I still feel happy to be my own hero. Dan berkali-kali juga saya
mengabaikannya. Jahat ya? . Bukan. Hanya belum waktunya. Lalu saya mulai
membiasakan diri untuk membuka hati. Membuka pikiran juga. Sendiri mungkin bisa
happy tapi kalau berdua,beban bisa dibagi dan happy-nya juga bisa dua kali
lipat. Namanya juga menghibur diri sendiri. Hihihihi.
Kemudian datang suatu keadaan yg mengharuskan kami berpisah
jarak. Tidak begitu jauh. Tapi cukup untuk merenggangkan jalinan yang sudah sedikit merapat. Dari situ saya
mulai merasa,emmm...ada yang hilang. Padahal masih bisa
sms,telpon,ym,twitter,email ya. Hehehe. Komunikasi jadi seperti saklar lampu.
On off. Ada rasa kikuk yang lebih hebat dari pada waktu-waktu sebelum kami harus
berjarak. Kemudian kami ditempatkan lagi di situasi yang mempersilahkan kami
untuk merapatkan kembali jalinan yang nyaris lepas.
Saya kemudian menimang-nimang apa yang selama ini menggelayut
di benak saya. Sesuatu atau sosok yang saya butuhkan. Atau hal lain yang saya belum
bisa mendefinisikannya. Jawabannya lalu datang tiba-tiba saat ulang tahun
saya. Nasi kuning! (lhoh?). Nasi kuning
ini yang membawa saya menuju ujung (atau mungkin awal?) dari segala
ketakutan,kekhawatiran dan harapan saya pada orang ini.
Dia berbeda. Bukan seperti yang lain. Yang ada di cerita
teman-teman saya,atau di lembaran robek saya yg sudah terlepas dari jilidnya.
Dan yang pasti,ngemong!. He cares to me like my brother and fun like my
bestfriend. Saya tidak bisa menjelaskannya satu-persatu disini,terlalu terbuka.
Tapi pas,semuanya ada. Meskipun segalanya dimulai di keadaan yang mengharuskan
kami untuk tetap berjarak,but we give the best in everything for each other. Dan
saya berharap untuk tidak patah hati lagi,it means i hope he will be the one.
Amiiiiienn..
NB : lagu Homogenic –Seringan Awan yg memprovokasi saya!
Hihihi