20 Feb 2013

20 Februari



Dulu sekali,saya selalu pingin punya pacar yang dekatnya kayak sahabatan,sama orang romantis yang cakep,baik hati dan bisa awet bertahun-tahun. Banyak maunya memang iya. Saya tipe perfeksionis. Tapi kenyataannya,tidak ada orang yang seperti itu. Tidak ada orang yang sempurna,tapi masih banyak orang baik. Salah satunya yang Tuhan ijinkan untuk bertemu dengan saya di hari itu. 

14 Maret 2011. Saya dateng pagi-pagi ke kantor saya yang sekarang  untuk interview. Sebagai calon pegawai baru,saya masih nggak PD juga kalau ada pegawai lama yang kebetulan lewat dekat saya. Saya masih nggak paham,ini kesialan atau keberuntungan buat abang yang lagi serius kerja di seberang saya yang tertohok matanya dengan kehadiran saya. Dan dia bilang waktu itu saya cuma ngelirik ke dia. Lirikan ini kemudian berbuntut panjang. Sepanjang film india yang ceritanya sedih dan yang main Shah Rukh Khan. Dan berbulan-bulan setelah itu saya melihat perjuangannya dengan mata kepala saya. Tapi mata hati saya sengaja membutakan dirinya. Saya sendiri bukan tipe orang yang gampang falling in love. Dan waktu itu memang saya lagi pingin sendiri aja dulu. Saya menelan bulat-bulat rasa iba saya pada abang untuk semua perhatiannya yang sengaja saya balas dengan sesuatu yang selalu tidak ramah. Saya nggak mau menjatuhkan hati saya pada seseorang dengan alasan “kasihan”.
Saya menahan diri untuk bersabar menunggu perasaan itu datang pada waktu yang tepat



Saya nggak tahu apa itu karena mata hati saya mulai waras dari kebutaannya,atau karena saya sudah rindu rasanya jantung berdetak lebih dari biasanya.  Saya mulai peka pada hal-hal kecil yang dia lakukan pada saya. Saya mulai bisa melihat bahwa memang tujuannya adalah pure menolong saya. Tanpa ada embel-embel  makan berdua atau semacamnya.
 Yang paling membekas di otak saya adalah ketika motor saya ngambek nggak mau jalan setelah saya paksa ngelewatin banjir sebetis di jalanan arah ke kantor. Mogoknya juga nanggung,cuma ±200m lagi sampai kantor. Mogoknya bener-bener bikin panik saya yang nggak ngerti dunia permesinan sama sekali. Nggak tau kenapa jari-jari saya lincah menekan nomor hapenya dan mulut saya juga nyerocos aja dengan lancarnya nyuruh abang dateng ke TKP. Lalu dia datang dengan bersandal jepit,celana dilipat bagian bawahnya,nerjang banjir disana-sini,tak bersayap,tak cemerlang dan sedikit rupawan
Saya nggak pernah lupa hari itu.


Time heals almost everything. Berbulan-bulan setelahnya,keadaan membaik. Saya berusaha berdamai dengan keadaan dan berusaha membuka hati untuk orang baru. Lalu pada Desember 2011 abang memutuskan untuk resign dari kantor kami. Serasa baru kemarin saya yakin dengan peluang saya untuk merebut hatinya,lalu jarak diantara kami menjadi lebih lebar. Sekali lagi. Kelak setelah kami jadian,saya tanya abang tentang ini dan dia jawab kalau waktu itu dia yakin untuk melepas saya yang sama sekali tidak memberi peluang padanya. 
Keadaan berbalik. Saya yang kemudian memakai  semua magnet yang ada untuk menarik dia. Mungkin kali ini memang sudah saat yang tepat. Segalanya berjalan dengan lebih indah,dengan jedug-jedug canggung juga di awal-awalnya. Lalu saya yakin pada orang ini. Saya takjub bagaimana baiknya dia dan kenapa saya tdak melihat kebaikan itu dengan lebih jeli beberapa waktu yang lalu dan memilih untuk mengabaikannya. Dan kami memutuskannya malam itu,lewat percakapan santai but meaningful di YM. Kami –atau mungkin lebih tepatnya saya- mencoba untuk menajalani ini seperti orang-orang dewasa pada umunya. Bukan dengan bersimpuh dan menyodorkan bunga pada saya di hari valentine lalu menanyai saya dengan ucapan klise yang semua orang bisa lakukan dengan cara mereka sendiri-sendiri seperti  “kamu mau nggak jadi cewekku?”

Dengan jarak 2 jam perjalanan darat di antara kami,sinyal hape yang kadang nggak bersahabat dengan orang-orang dengan hubungan seperti kami ini,saya benar-benar takjub bisa menemaninya sepanjang 1 tahun belakangan. Tapi kenyataannya seperti itu. Dia bisa jadi sahabat,kakak,leader buat saya. Meskipun tak besayap,tak emerlang dan sedikit rupawan. Dengan romantis yang ala dia sendiri,dengan kebaikan hatinya,kesabaran,dan sikap dewasanya yang tidak pernah saya temukan di diri orang lain jadi alasan saya untuk tetap ada disini. Di tempat seharusnya saya ada untuk dia.
Happy a year together :) :*